Minggu, 29 Juni 2014

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Nama               : MIFTAHUN NAJAT        
NIM                : 1113018200029       
Jurusan            : Manajemen Pendidikan
Mata Kuliah    : Psikologi Pendidikan
Dosen             : Nuraida, M.Si


A. Latar Belakang
Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.
Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan berkembang. Namun teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman.

B.    Tujuan Penulisan
1.    Dapat menjelaskan pengertian dari teori kognitif. (C2)
2.    Dapat merumuskan pokok-pokok dari teori kognitif. (A4)
3.    Dapat menyebutkan tokoh-tokoh dari teori kognitif. (C1)
4.   Dapat menyusun RPP atau makalah sebagai pengaplikasian dari teori kognitif. (P7)

C.     Teori Belajar Kognitif
1.      Pengertian Teori Belajar Kognitif
Kognisi merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang terlibat dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman termasuk berpikir, mengetahui, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah. Secara umum, terminologi “Kognisi” mengacu pada semua aktifitas mental yang terlibat dalam menerima informasi, memahami menyimpan, membuka, dan menggunakan.
Fokus utama dari psikologi kognitif adalah begaimana orang memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi. Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukatif didalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didiknya.
Dengan bekal pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan prsoses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan konteks situasi tersebut.  Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.  Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.  Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.  Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.  Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran, ingatan, memecahkan masalah, dan semua proses psikologis yang dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menimbang, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
1.      Tokoh Teori Belajar Kognitif
a)      Teori Belajar menurut Gestalt

Dalam aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama, ialah : field, pattern, organism, intergration, wholistic, configuration, closures, dan gestalt yang bermakna bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian. Karena itu psikologi gestalt seringyan disebut psikologi organisme ataufield theory atau insight full learning  Melihat nama teori dan aliran psikologi yang mendasarinya, yakni Psikologi Gestalt, maka jelaslah kiranya teori ini berbeda dengan teori belajar yang lainnya. Menurutnya manusia itu adalah individu dan pribadi yang tidak secara langsung bereaksi kepada suatu rangsangan, dan tidak pula reaksinya dilakukan secara membabi buta melainkan tergantung stimulus dan apa motif yang ada padanya.
Teori psikologi Gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Oemar Hamalikmenyebut beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah sebagai berikut:
Ø  Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.
Ø  Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.
Ø  Mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.
Ø  Menitikberatkan  pada situasi sekarang, dimana individu menemukan dirinya.
Ø  Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.
Menurut Gestalt, semua kegiatan belajar itu menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan, mampu menangkap makna dari hubungan antar hubungan yang satu dengan yang lainnya, insight juga dimaknai didapatkannya pemecahan problem, dimengertinya persoalan inilah konsep terpenting dalam teori Gestalt, bukan mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, melainkan dimenegrtinya, mendapatkan insight.
Ada enam macam sifat khas belajar dengan insight,  sebagai berikut: 1) insight tergantung kepada kemampuan dasar. 2) insight tergantung pengalaman masa lampau yang relevan. 3) insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental, 4) insight didahului oleh suatu periode mencoba-coba, 5) belajar dengan insight dapat diulangi, 6) insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dalam pelaksanaan pembelajarannya guru tidak memberikan potongan atau bagian bahan ajar, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh dimana anak harus menemukan bagian tersebut sehingga menjadi utuh.

b)      Teori Belajar menurut Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss yang tertarik dengan pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Menurutnya perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan kita. Menurut Piaget (Uno, 2006:10-11) dalam Mohamad Thobroni,  salah seorang penganut kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). Asimilasiadalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam bentuk siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi, di sumber yang lain disebutkan 2 tahapan lagi yakni Skema dan Adaptasi. Skema  adalah struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi tertentu di lingkungannya, menangkap apa yang mereka lihat dan membentuk skema yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses menyesuaikan pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu.
Peaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu, 1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. 2) Tahap Pra-operational (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi pleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan – hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. 3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama. 4) Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif, pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari situasi secara bersama-sama. Yang perlu diingat, umur yang tercantum diatas adalah hasil penelitian Piaget di negaranya, tapi setidaknya patokan umur tersebut bisa kita jadikan pedoman.
Piaget juga mengemukakan selain tahapan tersebut diatas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak, interaksi anak dengan objek-objek di sekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya dengan kerangka kognitifnya (pengalaman logico mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Berangkat dari hal tersebut, pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cnderung mempunyai akibat yang leih sedikit dalam meningkatkan perkemabngan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkrit.

c)      Teori Belajar menurut Vigotsky

Lev Semyonovic Vigotsky dilahirkan di Rusia pada 1896. Ia berasal dari keluarga Yahudi yang terpelajar, pada usia 15 tahun ia dijuluki profesor cilik karena reputasinya dalam memimpin diskusi-diskusi mahasiswa. Vygotsky memperoleh gelar sarjana dalam bidang hukum dari Moscow University. Ia juga menggeluti literatur linguistik, kesenian, ilmu sosial, dan filsafat. Ia kemudian tertarik dalam bidang psikologi, dan menjadi pelopor teori belajar yang berbasis pada perkembangan sosial. Selama bekerja di bidang psikologi di negara bagian barat Rusia, ia menemukan anak-anak yang cacat sejak lahir, buta, tuli, dan terbelakang mental. Kemudian mencari cara untuk mengatasi masalah potensial anak-anak dengan isu dalam perkembangan kognitif.
v  Pokok-pokok teori Vygotsky
Proses belajar menurut Vigotsky terjadi dalam wilayah Zone Proximal Development (ZPD), yakni wilayah antara apa yang diketahui dan apa yang belum diketahui. Vigotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau siswa yang lebih terampil (Santrock, 1995 dalam Rita Eka Izzati dkk). Vygotsky berfokus pada koneksi antara orang-orang dan konteks budaya di mana mereka bertindak dan saling berhubungan atau saling berbagi pengalaman. Menurutnya manusia menggunakan tools yang bersumber dari suatu kultur, termasuk bahasa lisan dan tulisan yang dimediasi oleh lingkungan sosial. Dia juga percaya bahwa pada awalnya anak-anak mengembangkan tools ini untuk melayani fungsi sosial, dan mengomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya. Internalisasi nilai-nilai budaya melalui interaksi sosial mendorong kemampuan dan keterampilan berpikir. Kemampuan berpikir dan berbicara/bahasa tidak dapat eksis tanpa pergaulan sosial.
Ketika Pieget mengobservasi anak-anak muda yang berpartisipasi dalam suatu percakapan egosentris, ia menganggapnya bahwa anak tersebut berada dalam fase preoperational. Sebaliknya, Vigotsky memandang egosentris bahasa dan percakapan semacam itu sebagai transisi dari proses sosial dalam bahasa ke pemikiran internal.(Driscoll, 1994). Menurutnya ada hubungannya antara berfikir dengan bahasa.  Bahasa dan berpikir mulanya adalah independen satu dengan lainnya. Dalam bentuknya paling awal bahasa berfungsi untuk mengeskpresikan perasaan dan fungsi sosial lain, wujudnya menangis, berteriak, mengeluh, bersorak, dan semacamnya, ia menyebutnya thoughtless language. Dalam bentuknya paling awal berfikir berfungsi untuk memecahkan masalah, di mana berfikir tanpa bahasa (languageless thought).
Sebagaimana halnya Pieget, sebagai ahli psikologi kognitif, Vigotsky, sebagai seorang pakar psikologi kognitif berorientasi pada pengembangan kognitif dan gagasan tentang peran budaya dan aplikasinya secara langsung dalam proses belajar mengajar di kelas.

D.    Analisis Teori
Dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran, ingatan, memecahkan masalah, dan semua proses psikologis yang dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menimbang, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
Dengan belajar teori kognitif ini dapat mengembangkan sikap yang baik berkaitan dengan proses memahami lingkungan sekita menambah kepekaan terhadap sesama serta menjadi manusia yang analitik bukan hanya sekadar penerima informasi saja. Mengenai teori belajar kognitif secara pemahaman saya, ini merupakan suatu cara belajar yang memaknainya dengan metode hafalan. Segala pengetahuan yang masuk sebagai hasil dari proses membaca dan sebagainya yang membutuhkan proses panjang. Dalam teori ini terlampau mengandalkan proses hafalan atau mengingat, tanpa hal demikian nampaknya susah untuk menerapkan pengetahuan kepada peserta didik. Teori ini membentuk sikap kritis siswa dalam menanggapi sesuatu dan menganalisa secara mendalam serta mencari jalan keluar atas masalah yang ada.

E.    Kreativitas dan Inovasi
1.      Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Teori Belajar Kognitif
Mengenai teori belajar kognitif, ada sebuah ayat yang berkaitangan dengan teori belajar tersebut, yakni dalam Surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut :
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maksud hikmah disini ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Jadi seseorang yang sudah mempunyai kemampuan kognitif yang baik maka seseorang itu dapat membedakan yang baik dan yang buruk untuk dilakukan. Sedangkan dalam Surat Shaad ayat 20 :
$tR÷Šyx©ur ¼çms3ù=ãB çm»oY÷s?#uäur spyJõ3Åsø9$# Ÿ@óÁsùur É>$sÜσø:$# ÇËÉÈ  
Artinya : Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
Pada tafsir ayat ini, hikmah yang dimaksud adalah kenabian, kesempurnaan ilmu dan ketelitian amal perbuatan.  Selain kedua ayat di atas, ada beberapa ayat lagi yang berbeda penafsiran mengenai kata hikmah, di ayat lain hikmah bisa berarti kefahaman Al-Qur’an dan sunnah, pendalaman agama, dan pelajaran dari kisah-kisah terdahulu. Namun pada intinya kesemua penafsiran itu tetap merujuk kepada satu makna; hikmah adalah kepahaman yang diberikan oleh Allah swt kepada seseorang untuk memustuskan atau mengajarkan sesuatu dengannya
Selain al-Qur’an (firman Allah) yang menganjurkan umat Islam untuk belajar, di dalam hadis Nabi Muhammad saw. juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdiidik.Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, di antaranya adalah sebagai berikut:

عن انس مالك قال: أطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: Dari Anas ibn Malik berkata ia : “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun. Sesungguhnya menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap-tiap Muslim”.
Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa, bangsa Cina telah mengembangkan teknik pembuatan kertas, pembuatan mesiu, pembuatan jam dan pembuatan kompas. Ini berarti bahwa, perintah Nabi SAW kepada umat Islam untuk belajar ke negeri Cina mencakup mempelajari semua pengetahuan Cina tersebut. Penggunaan kertas dalam kehidupan ilmiah dewasa ini tak bisa dihindari. Kertas diperlukan umat Islam untuk menulis al-Qur’an, kitab-kitab, Hadis, buku-buku agama, dan buku-buku ilmiah lainnya. Begitu juga mesiu diperlukan umat Islam untuk mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh mereka. Sementara jam dapat membantu umat Islam mengetahui waktu shalat dan waktu berbuka puasa serta imsak. Di samping itu juga tidak kalah pentingnya kegunaan kompas yakni dapat membantu umat Islam dalam menentukan arah kiblat. Namun karena isnad Hadis Malik ibn Anas ini sangat lemah menurut para kritikus Hadis, maka Hadis Malik ibn Anas ini hanya bisa dijadikan pendorong (al-targhib) untuk mempelajari semua pengetahuan teknik tersebut. Analoginya, umat Islam dewasa ini pun harus mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknoloogi (IPTEK) sebagaimana dikenal di Barat.
2.     Gambar pendukung berkaitan dengan Teori Belajar Kognitif 





LATIHAN MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MENGGUNAKAN TEORI KOGNITIF

Sekolah                       : MAN 
Mata Pelajaran            : Fiqih
Kelas/ Semester           : XI/ Gasal
Alokasi  Waktu           : 2 x 45 menit

                        Standar Kompetensi
Memahami ketentuan tentang peradilan dan Hikmahnya
           
 Kompetensi Dasar
1.         Menjelaskan proses peradilan dalam islam (C2)
2.    Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan islam (P1)

          
 Indikator
1.         1.    Menjelaskan pengertian peradilan (C2)
2.    Menjelaskan kedudukan semua orang di depan peradilan islam (C2)
3.    Menjelaskan fungsi peradilan dalam islam (C2)
4.    Menjelaskan proses peradilan dalam islam (C2)
5.    Menjelaskan pengertian hakim (C2)
6.    Menyebutkan pengertian dan syarat- syarat hakim terdakwa (C1)
7.    Menjelaskan adat kesopanan/ etika hakim (C2)
8.    Menjelaskan kedudukan hakim wanita (C2)
9.    Menjelaskan pengertian saksi tergugat (C2)
10.    Menyebutkan syarat- syarat saksi yang adil (C1)
11.    Menjelaskan kesaksian tetangga dan orang buta (C2)

Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu atau dapat :
1.    Menjelaskan pengertian peradilan
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya : Menurut Piaget Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara deduktif,

2.    Menjelaskan kedudukan semua orang di depan peradilan islam
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya : Karena untuk bisa menyebutkan kedudukan memerlukan pengetahuan dan penalaran yang baik akbat dari perkembangan kognitif yang baik individu

3.    Menjelaskan fungsi peradilan dalam islam
PB : Perkembangan Konsep diri dan emosi
Penjelasannya : Dalam proses menjelaskan fungsi karena individu sudah memiliki sebuah kosep diri yang baik akibat dari pengetahuan yang baik pula.

4.    Menjelaskan proses peradilan dalam islam
PB : Perkembangan Multiple Intelegence
Penjelasannya : Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai rasa empati yang tinggi. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder)

5.    Menjelaskan adat kesopanan/ etika hakim
PB : Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein (1975) mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.

6.    Menjelaskan kedudukan hakim wanita
PB : Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein (1975) mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.

Pendidikan Karakter
1.    Bertanggung jawab
2.    Disiplin
3.    Kreatif
4.    Demokratis
5.    Jujur
6.    Toleransi
7.    Mandiri
8.    Peduli sosial
9.    Peduli lingkungan
10.    Religius

Materi ajar
Peradilan (Qadha)

Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi kelompok
Strategi/ model : Reading Aloud dan Information research

Langkah- Langka Pembelajaran
1.      Kegiatan Awal
a.    Guru datang tepat waktu (pembelajaran disiplin)
b.    Guru mengucap salam ketika masuk kelas (santun dan peduli)
c.    Membuka kelas dengan do’a (penanaman  nilai religius)
d.    Mengabsen siswa (sikap disiplin, rajin)
e.    Mengaitkan materi yang akan di pelajari dengan karakter
f.    Dengan merujuk pada silabus, RPP dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2.   Kegiatan Inti
a.    Eksplorasi
·    Meminta siswa untuk mencari materi tentang peradilan dari sumber (mandiri dan kreatif)
b.    Elaborasi
·    Mengelompokkan siswa dalm beberapa kelompok (kerja sama)
·    Berikan waktu kepada siswa untuk membaca materi yang akan di pelajari
·    Menunjuk beberapa siswa untuk membaca poin-poin penting dengan suara yang keras (kepemimpinan dan berani)
·    Guru menghentikan siswa yang membaca pada poin- poin penting
·    Guru menjelaskan poin- poin penting dengan ceramah
c.    Konfirmasi
·    Guru memberikan pertanyaan kepada siswa setelah diskusi kelompok (percaya diri, saling menghargai)
·    Guru memberikan penjelasan dan meluruskan hasil diskusi siswa (memahami kekurangan dan kelebihan)
       d.    Kegiatan akhir
1.      ·    Guru dan siswa sama- sama menarik kesimpulan tentang materi yang telah di bahas
PB : Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Penjelasan, cara mengatasi lupa menurut Barlow, Reber dan Anderson salah satu kiat-kiat nya yaitu dengan Menemonic Device atau muslihat memori lebih sering disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang bisa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukan item-item informasi kedalam memori siswa yang salah satu kiatnya yaitu pengelompokkan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis.

·    Meberikan penilain terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung
PB : Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu salah satunya dengan memberikan pujian. Atau seperti yang dikatakan Sertain motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.

·    Guru memberikan penguatan terhadap siswa (belajar bertanggung jawab sebagai siswa yang belajar)
             
              Sumber dan media Pembelajaran
                   1.  Sumber
a.                      a.  Fiqih Kanwil depag Jateng MA kelas XII
      b.    LKS Fiqih MA Kelas XI
      c.    Fiqih Islam Karya Sulaiman Rasyid
     d.    Alqur’an terjemahan
2.    Media
     a.    White board
     b.    Spidol

X.           Penilaian
                    1. Proses



DAFTAR PUSTAKA

Kuswana,  Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya
DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru pembelajaran, (Jakarta:Kencana, 2010)
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007)
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2007)
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. VI
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, (Bandung:Rajawali Press, 1987)
Baharuddin, Pendidikan & Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2010),
Mohammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2011)
Rita Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta:UNY Press, 2008)
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta:Kencana,2010)
Muhadjir, Noeng.  Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000),
cet V,
Sahabudin, Azmi. Metode Belajar Perspektif Psikologi dan Al-Quran
(http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/metode-belajar-perspektif-
psikologi-dan-al-quran/) ) diakses pada tanggal 24 Juni 2014 pukul 18.56 wib


1 komentar:

  1. bahasannya lumayan lengkap. makasih ilmunya :)
    oh ya maaf tanya, masih punya buku Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional?

    BalasHapus

Tips Menyelesaikan Skripsi Dengan Cepat & Tepat Waktu

Memulai skripsi dengan Bismillahirrahmanirrahim. Karena segala sesuatu yang dimulai dengan bismillah akan berkah, Insya Allah. Tentukan ...