NIM :
1113018200029
Jurusan :
Manajemen Pendidikan
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen : Nuraida, M.Si
A. Latar Belakang
Teori pembelajaran
merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa didik dalam
mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual.
Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan
tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini
adalah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua
perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi
sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori
pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek
pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang
senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik.
Praktek pembelajaran
adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah
perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti berubah, oleh karena
masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan sistemnya
supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi
perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh
perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori
pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.
Alur berpikir diatas
terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran. Sebelum para tokoh
psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah
terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan berkembang. Namun
teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna,
hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk menyikapi
kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap
masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori
behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu
sendiri. Seiring berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan
kekurangan-kekurangan dari teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman.
Hal tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh psikologi (di era
selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang lebih mampu untuk menjawab
tuntutan zaman.
B.
Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari teori
kognitif. (C2)
2. Dapat merumuskan pokok-pokok dari teori
kognitif. (A4)
3. Dapat menyebutkan tokoh-tokoh dari teori
kognitif. (C1)
4. Dapat menyusun RPP atau makalah sebagai
pengaplikasian dari teori kognitif. (P7)
C.
Teori Belajar Kognitif
1.
Pengertian Teori Belajar Kognitif
Kognisi
merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang terlibat dalam
memperoleh pengetahuan dan pemahaman termasuk berpikir, mengetahui, mengingat,
menilai, dan memecahkan masalah. Secara umum, terminologi “Kognisi” mengacu
pada semua aktifitas mental yang terlibat dalam menerima informasi, memahami
menyimpan, membuka, dan menggunakan.
Fokus
utama dari psikologi kognitif adalah begaimana orang memperoleh, memproses, dan
menyimpan informasi. Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran
dan sangat menentukan keberhasilan mereka disekolah. Guru sebagai tenaga
kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukatif didalam
kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif
peserta didiknya.
Dengan
bekal pemahaman tersebut, guru akan dapat memberikan layanan pendidikan atau
melaksanakan prsoses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta
didik yang dihadapinya.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu terjadi. Teori
kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau
membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan
makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur
kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kognitif
atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran,
ingatan, memecahkan masalah, dan semua proses psikologis yang dengan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menimbang, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
1.
Tokoh Teori Belajar Kognitif
a)
Teori Belajar menurut Gestalt
Dalam
aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama, ialah : field,
pattern, organism, intergration, wholistic, configuration, closures, dan
gestalt yang bermakna bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan
keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian. Karena itu psikologi gestalt
seringyan disebut psikologi organisme ataufield theory atau insight
full learning Melihat nama teori dan aliran psikologi yang
mendasarinya, yakni Psikologi Gestalt, maka jelaslah kiranya teori ini berbeda
dengan teori belajar yang lainnya. Menurutnya manusia itu adalah individu dan
pribadi yang tidak secara langsung bereaksi kepada suatu rangsangan, dan tidak
pula reaksinya dilakukan secara membabi buta melainkan tergantung stimulus dan
apa motif yang ada padanya.
Teori
psikologi Gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Oemar
Hamalikmenyebut beberapa prinsip yang perlu
mendapat perhatian, adalah sebagai berikut:
Ø Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan
lingkungannya, faktor herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.
Ø Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan itu akan mendorong
terjadinya tingkah laku.
Ø Mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
Ø Menitikberatkan pada situasi sekarang, dimana individu
menemukan dirinya.
Ø Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna
dalam keseluruhan itu.
Menurut Gestalt, semua kegiatan
belajar itu menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan, mampu menangkap makna dari hubungan antar hubungan yang satu
dengan yang lainnya, insight juga dimaknai didapatkannya pemecahan
problem, dimengertinya persoalan inilah konsep terpenting dalam teori
Gestalt, bukan mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, melainkan
dimenegrtinya, mendapatkan insight.
Ada
enam macam sifat khas belajar dengan insight, sebagai berikut: 1) insight
tergantung kepada kemampuan dasar. 2) insight tergantung pengalaman masa lampau
yang relevan. 3) insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental, 4)
insight didahului oleh suatu periode mencoba-coba, 5) belajar dengan insight
dapat diulangi, 6) insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan
untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Pada
dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut
terjadi. Dalam pelaksanaan pembelajarannya guru tidak memberikan potongan atau
bagian bahan ajar, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh dimana anak harus
menemukan bagian tersebut sehingga menjadi utuh.
b)
Teori Belajar menurut Piaget
Jean
Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss yang tertarik dengan
pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Menurutnya perkembangan kognitif adalah
hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada
lingkungan kita. Menurut Piaget (Uno, 2006:10-11) dalam Mohamad Thobroni, salah
seorang penganut kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari
tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). Asimilasiadalah
proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam bentuk siswa. Akomodasi adalah penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Ekuilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi, di sumber yang
lain disebutkan 2 tahapan lagi yakni Skema dan Adaptasi. Skema adalah
struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi
tertentu di lingkungannya, menangkap apa yang mereka lihat dan membentuk skema
yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses menyesuaikan
pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu.
Peaget
berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap,
yaitu, 1) Tahap Sensori Motor (0-2 tahun), seorang anak belajar mengembangkan
dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang
bermakna. 2) Tahap Pra-operational (2-7 tahun), seorang anak masih sangat
dipengaruhi pleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra
sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan – hubungan dan menyimpulkan
sesuatu secara konsisten. 3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), seorang
anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan
benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara
bersama-sama. 4) Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif
seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan
menalar secara meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara
deduktif, pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek
dari situasi secara bersama-sama. Yang perlu diingat, umur yang tercantum
diatas adalah hasil penelitian Piaget di negaranya, tapi setidaknya patokan
umur tersebut bisa kita jadikan pedoman.
Piaget
juga mengemukakan selain tahapan tersebut diatas, perkembangan kognitif seorang
anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak, interaksi
anak dengan objek-objek di sekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak
dalam menghubungkan pengalamannya kerangka kognitifnya (pengalaman fisik),
kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamannya dengan kerangka
kognitifnya (pengalaman logico mathematics), dan interaksi anak dengan
orang-orang di sekitarnya. Berangkat dari hal tersebut, pengikut Piaget
menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan
kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cnderung mempunyai akibat yang
leih sedikit dalam meningkatkan perkemabngan kognitif anak. Aktif dalam arti
bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkrit.
c)
Teori Belajar menurut Vigotsky
Lev
Semyonovic Vigotsky dilahirkan di Rusia pada 1896. Ia berasal dari keluarga
Yahudi yang terpelajar, pada usia 15 tahun ia dijuluki profesor cilik karena
reputasinya dalam memimpin diskusi-diskusi mahasiswa. Vygotsky memperoleh gelar
sarjana dalam bidang hukum dari Moscow University. Ia juga menggeluti literatur
linguistik, kesenian, ilmu sosial, dan filsafat. Ia kemudian tertarik dalam
bidang psikologi, dan menjadi pelopor teori belajar yang berbasis pada
perkembangan sosial. Selama bekerja di bidang psikologi di negara bagian barat
Rusia, ia menemukan anak-anak yang cacat sejak lahir, buta, tuli, dan
terbelakang mental. Kemudian mencari cara untuk mengatasi masalah potensial
anak-anak dengan isu dalam perkembangan kognitif.
v Pokok-pokok teori Vygotsky
Proses belajar menurut Vigotsky
terjadi dalam wilayah Zone Proximal Development (ZPD), yakni wilayah antara apa
yang diketahui dan apa yang belum diketahui. Vigotsky mendefinisikannya
untuk tugas-tugas yang sulit dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai
dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa atau siswa yang lebih terampil
(Santrock, 1995 dalam Rita Eka Izzati dkk). Vygotsky berfokus pada koneksi
antara orang-orang dan konteks budaya di mana mereka bertindak dan saling
berhubungan atau saling berbagi pengalaman. Menurutnya manusia menggunakan
tools yang bersumber dari suatu kultur, termasuk bahasa lisan dan tulisan yang
dimediasi oleh lingkungan sosial. Dia juga percaya bahwa pada awalnya anak-anak
mengembangkan tools ini untuk melayani fungsi sosial, dan mengomunikasikan
kebutuhan-kebutuhannya. Internalisasi nilai-nilai budaya melalui interaksi
sosial mendorong kemampuan dan keterampilan berpikir. Kemampuan berpikir dan
berbicara/bahasa tidak dapat eksis tanpa pergaulan sosial.
Ketika
Pieget mengobservasi anak-anak muda yang berpartisipasi dalam suatu percakapan
egosentris, ia menganggapnya bahwa anak tersebut berada dalam fase
preoperational. Sebaliknya, Vigotsky memandang egosentris bahasa dan percakapan
semacam itu sebagai transisi dari proses sosial dalam bahasa ke pemikiran
internal.(Driscoll, 1994). Menurutnya ada hubungannya antara
berfikir dengan bahasa. Bahasa dan berpikir mulanya adalah independen
satu dengan lainnya. Dalam bentuknya paling awal bahasa berfungsi untuk
mengeskpresikan perasaan dan fungsi sosial lain, wujudnya menangis, berteriak,
mengeluh, bersorak, dan semacamnya, ia menyebutnya thoughtless
language. Dalam bentuknya paling awal berfikir berfungsi untuk
memecahkan masalah, di mana berfikir tanpa bahasa (languageless thought).
Sebagaimana
halnya Pieget, sebagai ahli psikologi kognitif, Vigotsky, sebagai seorang pakar
psikologi kognitif berorientasi pada pengembangan kognitif dan gagasan tentang
peran budaya dan aplikasinya secara langsung dalam proses belajar mengajar di
kelas.
D.
Analisis Teori
Dan
dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran, ingatan, memecahkan masalah,
dan semua proses psikologis yang dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menimbang, menilai, dan
memikirkan lingkungannya.
Dengan
belajar teori kognitif ini dapat mengembangkan sikap yang baik berkaitan dengan
proses memahami lingkungan sekita menambah kepekaan terhadap sesama serta
menjadi manusia yang analitik bukan hanya sekadar penerima informasi saja. Mengenai
teori belajar kognitif secara pemahaman saya, ini merupakan suatu cara belajar
yang memaknainya dengan metode hafalan. Segala pengetahuan yang masuk sebagai
hasil dari proses membaca dan sebagainya yang membutuhkan proses panjang. Dalam
teori ini terlampau mengandalkan proses hafalan atau mengingat, tanpa hal
demikian nampaknya susah untuk menerapkan pengetahuan kepada peserta didik.
Teori ini membentuk sikap kritis siswa dalam menanggapi sesuatu dan menganalisa
secara mendalam serta mencari jalan keluar atas masalah yang ada.
E.
Kreativitas dan Inovasi
1.
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Teori Belajar Kognitif
Mengenai teori belajar
kognitif, ada sebuah ayat yang berkaitangan dengan teori belajar tersebut,
yakni dalam Surat An-Nahl ayat 125 sebagai berikut :
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maksud hikmah disini
ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bathil. Jadi seseorang yang sudah mempunyai kemampuan kognitif yang
baik maka seseorang itu dapat membedakan yang baik dan yang buruk untuk
dilakukan. Sedangkan dalam Surat Shaad ayat 20 :
$tR÷Šy‰x©ur ¼çms3ù=ãB çm»oY÷s?#uäur spyJõ3Åsø9$# Ÿ@óÁsùur É>$sÜσø:$# ÇËÉÈ
Artinya : Dan Kami
kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan
perselisihan.
Pada tafsir ayat ini, hikmah yang dimaksud adalah kenabian,
kesempurnaan ilmu dan ketelitian amal perbuatan. Selain kedua ayat di
atas, ada beberapa ayat lagi yang berbeda penafsiran mengenai kata hikmah, di
ayat lain hikmah bisa berarti kefahaman Al-Qur’an dan sunnah, pendalaman agama,
dan pelajaran dari kisah-kisah terdahulu. Namun pada intinya kesemua penafsiran
itu tetap merujuk kepada satu makna; hikmah adalah kepahaman yang diberikan
oleh Allah swt kepada seseorang untuk memustuskan atau mengajarkan sesuatu
dengannya
Selain al-Qur’an
(firman Allah) yang menganjurkan umat Islam untuk belajar, di dalam hadis Nabi
Muhammad saw. juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang
terdiidik.Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, di
antaranya adalah sebagai berikut:
عن انس مالك قال: أطلبوا العلم ولو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya: Dari Anas ibn
Malik berkata ia : “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun. Sesungguhnya
menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap-tiap Muslim”.
Dalam catatan sejarah
disebutkan bahwa, bangsa Cina telah mengembangkan teknik pembuatan kertas,
pembuatan mesiu, pembuatan jam dan pembuatan kompas. Ini berarti bahwa,
perintah Nabi SAW kepada umat Islam untuk belajar ke negeri Cina mencakup
mempelajari semua pengetahuan Cina tersebut. Penggunaan kertas dalam kehidupan
ilmiah dewasa ini tak bisa dihindari. Kertas diperlukan umat Islam untuk
menulis al-Qur’an, kitab-kitab, Hadis, buku-buku agama, dan buku-buku ilmiah
lainnya. Begitu juga mesiu diperlukan umat Islam untuk mempertahankan diri dari
serangan musuh-musuh mereka. Sementara jam dapat membantu umat Islam mengetahui
waktu shalat dan waktu berbuka puasa serta imsak. Di samping itu juga tidak
kalah pentingnya kegunaan kompas yakni dapat membantu umat Islam dalam
menentukan arah kiblat. Namun karena isnad Hadis Malik ibn Anas ini sangat
lemah menurut para kritikus Hadis, maka Hadis Malik ibn Anas ini hanya bisa
dijadikan pendorong (al-targhib) untuk mempelajari semua pengetahuan teknik
tersebut. Analoginya, umat Islam dewasa ini pun harus mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknoloogi (IPTEK) sebagaimana dikenal di Barat.
2. Gambar
pendukung berkaitan dengan Teori Belajar Kognitif
LATIHAN MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MENGGUNAKAN
TEORI KOGNITIF
Sekolah :
MAN
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/ Semester : XI/ Gasal
Alokasi Waktu : 2 x 45
menit
Standar
Kompetensi
Memahami ketentuan tentang peradilan dan Hikmahnya
Kompetensi Dasar
Memahami ketentuan tentang peradilan dan Hikmahnya
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan proses peradilan dalam islam (C2)
2. Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan islam (P1)
Indikator
2. Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan islam (P1)
Indikator
1. 1. Menjelaskan pengertian peradilan (C2)
2. Menjelaskan kedudukan semua orang di depan peradilan islam (C2)
3. Menjelaskan fungsi peradilan dalam islam (C2)
4. Menjelaskan proses peradilan dalam islam (C2)
5. Menjelaskan pengertian hakim (C2)
6. Menyebutkan pengertian dan syarat- syarat hakim terdakwa (C1)
7. Menjelaskan adat kesopanan/ etika hakim (C2)
8. Menjelaskan kedudukan hakim wanita (C2)
9. Menjelaskan pengertian saksi tergugat (C2)
10. Menyebutkan syarat- syarat saksi yang adil (C1)
11. Menjelaskan kesaksian tetangga dan orang buta (C2)
2. Menjelaskan kedudukan semua orang di depan peradilan islam (C2)
3. Menjelaskan fungsi peradilan dalam islam (C2)
4. Menjelaskan proses peradilan dalam islam (C2)
5. Menjelaskan pengertian hakim (C2)
6. Menyebutkan pengertian dan syarat- syarat hakim terdakwa (C1)
7. Menjelaskan adat kesopanan/ etika hakim (C2)
8. Menjelaskan kedudukan hakim wanita (C2)
9. Menjelaskan pengertian saksi tergugat (C2)
10. Menyebutkan syarat- syarat saksi yang adil (C1)
11. Menjelaskan kesaksian tetangga dan orang buta (C2)
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu
atau dapat :
1. Menjelaskan pengertian peradilan
1. Menjelaskan pengertian peradilan
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya : Menurut Piaget Tahap Operasional Formal (11 tahun
ke atas), kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada
tahap ini, kemampuan menalar secara meningkat sehingga seseorang mampu untuk
berpikir secara deduktif,
2.
Menjelaskan kedudukan semua orang di depan peradilan islam
PB : Perkembangan Kognitif
Penjelasannya : Karena untuk bisa menyebutkan kedudukan memerlukan
pengetahuan dan penalaran yang baik akbat dari perkembangan kognitif yang baik
individu
3.
Menjelaskan fungsi peradilan dalam islam
PB :
Perkembangan Konsep diri dan emosi
Penjelasannya
: Dalam proses menjelaskan fungsi karena individu sudah memiliki sebuah kosep
diri yang baik akibat dari pengetahuan yang baik pula.
4.
Menjelaskan proses peradilan dalam islam
PB :
Perkembangan Multiple Intelegence
Penjelasannya : Kecerdasan yang
berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama,
kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan
tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana
hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan
Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai rasa empati
yang tinggi. (Boost Your Intelligence karya Harry Alder)
5. Menjelaskan adat kesopanan/
etika hakim
PB :
Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein (1975)
mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
6.
Menjelaskan kedudukan hakim wanita
PB :
Perkembangan, nilai, moral dan sikap
Penjelasan, Fishbein (1975)
mendefinisikan sikap adalah presdeposisi emosional yang dipelajari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu objek.
Pendidikan
Karakter
1. Bertanggung jawab
2. Disiplin
3. Kreatif
4. Demokratis
5. Jujur
6. Toleransi
7. Mandiri
8. Peduli sosial
9. Peduli lingkungan
10. Religius
1. Bertanggung jawab
2. Disiplin
3. Kreatif
4. Demokratis
5. Jujur
6. Toleransi
7. Mandiri
8. Peduli sosial
9. Peduli lingkungan
10. Religius
Materi ajar
Peradilan
(Qadha)
Metode Pembelajaran
Metode : ceramah, diskusi kelompok
Strategi/ model : Reading Aloud dan Information research
Metode : ceramah, diskusi kelompok
Strategi/ model : Reading Aloud dan Information research
Langkah- Langka Pembelajaran
1.
Kegiatan Awal
a. Guru datang tepat waktu (pembelajaran disiplin)
b. Guru mengucap salam ketika masuk kelas (santun dan peduli)
c. Membuka kelas dengan do’a (penanaman nilai religius)
d. Mengabsen siswa (sikap disiplin, rajin)
e. Mengaitkan materi yang akan di pelajari dengan karakter
f. Dengan merujuk pada silabus, RPP dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
a. Guru datang tepat waktu (pembelajaran disiplin)
b. Guru mengucap salam ketika masuk kelas (santun dan peduli)
c. Membuka kelas dengan do’a (penanaman nilai religius)
d. Mengabsen siswa (sikap disiplin, rajin)
e. Mengaitkan materi yang akan di pelajari dengan karakter
f. Dengan merujuk pada silabus, RPP dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2. Kegiatan
Inti
a. Eksplorasi
· Meminta siswa untuk mencari materi tentang peradilan dari sumber (mandiri dan kreatif)
b. Elaborasi
· Mengelompokkan siswa dalm beberapa kelompok (kerja sama)
· Berikan waktu kepada siswa untuk membaca materi yang akan di pelajari
· Menunjuk beberapa siswa untuk membaca poin-poin penting dengan suara yang keras (kepemimpinan dan berani)
· Guru menghentikan siswa yang membaca pada poin- poin penting
· Guru menjelaskan poin- poin penting dengan ceramah
c. Konfirmasi
· Guru memberikan pertanyaan kepada siswa setelah diskusi kelompok (percaya diri, saling menghargai)
· Guru memberikan penjelasan dan meluruskan hasil diskusi siswa (memahami kekurangan dan kelebihan)
a. Eksplorasi
· Meminta siswa untuk mencari materi tentang peradilan dari sumber (mandiri dan kreatif)
b. Elaborasi
· Mengelompokkan siswa dalm beberapa kelompok (kerja sama)
· Berikan waktu kepada siswa untuk membaca materi yang akan di pelajari
· Menunjuk beberapa siswa untuk membaca poin-poin penting dengan suara yang keras (kepemimpinan dan berani)
· Guru menghentikan siswa yang membaca pada poin- poin penting
· Guru menjelaskan poin- poin penting dengan ceramah
c. Konfirmasi
· Guru memberikan pertanyaan kepada siswa setelah diskusi kelompok (percaya diri, saling menghargai)
· Guru memberikan penjelasan dan meluruskan hasil diskusi siswa (memahami kekurangan dan kelebihan)
d. Kegiatan akhir
1.
· Guru dan siswa
sama- sama menarik kesimpulan tentang materi yang telah di bahas
PB : Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh
dalam Belajar
Penjelasan, cara mengatasi lupa menurut
Barlow, Reber dan Anderson salah satu kiat-kiat nya yaitu dengan Menemonic
Device atau muslihat memori lebih sering disebut mnemonic saja berarti
kiat-kiat khusus yang bisa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukan
item-item informasi kedalam memori siswa yang salah satu kiatnya yaitu
pengelompokkan (Clustering) adalah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis.
· Meberikan penilain terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung
PB : Motivasi Belajar
Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses psikologi yang
menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk
mencapai suatu tujuan. Kemudian motif adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu salah satunya dengan memberikan
pujian. Atau seperti yang dikatakan Sertain motif adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke
suatu tujuan atau perangsang.
· Guru memberikan penguatan terhadap siswa (belajar bertanggung jawab sebagai siswa yang belajar)
Sumber dan media Pembelajaran
1. Sumber
a. a. Fiqih Kanwil depag Jateng MA kelas XII
b. LKS Fiqih MA Kelas XI
c. Fiqih Islam Karya Sulaiman Rasyid
d. Alqur’an terjemahan
2. Media
a. White board
b. Spidol
b. LKS Fiqih MA Kelas XI
c. Fiqih Islam Karya Sulaiman Rasyid
d. Alqur’an terjemahan
2. Media
a. White board
b. Spidol
X. Penilaian
1. Proses
DAFTAR PUSTAKA
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. (Bandung: PT.Remaja
Rosda Karya
Desmita. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya
DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan
Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta.
Riyanto,
Yatim. Paradigma Baru pembelajaran, (Jakarta:Kencana, 2010)
Hamalik, Oemar.
Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007)
Purwanto, Ngalim.
Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2007)
Hamalik,
Oemar. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet.
VI
Suryabrata,
Sumadi. Psikologi Pendidikan, (Bandung:Rajawali Press, 1987)
Baharuddin, Pendidikan
& Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2010),
Mohammad
Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana
dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media, 2011)
Rita
Eka Izzaty, dkk., Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta:UNY
Press, 2008)
Syamsul
Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta:Kencana,2010)
Muhadjir, Noeng.
Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial,
(Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000),
cet V,
Sahabudin, Azmi. Metode Belajar Perspektif Psikologi dan
Al-Quran
(http://azmisahabudin.wordpress.com/2011/10/17/metode-belajar-perspektif-
psikologi-dan-al-quran/)
) diakses pada tanggal 24 Juni 2014 pukul 18.56 wib
bahasannya lumayan lengkap. makasih ilmunya :)
BalasHapusoh ya maaf tanya, masih punya buku Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional?